Kontroversi Arian: Pertarungan Status Ketuhanan Yesus Kristus yang Membentuk Keimanan Kekristenan
DOI:
https://doi.org/10.59141/japendi.v6i12.9105Keywords:
Arianisme, Kristologi, Homoousios, Athanasius, Ketuhanan Yesus KristusAbstract
Hampir lebih dari 3 abad sejak kaliharan Yesus Kristus, para pengikutnya mempunyai keyakinan bahwa Allah Bapa adalah Tuhan yang benar-benar sejati tanpa dapat dijangkau karena keunikannya. Namun berbeda dengan sang Putra yang dianggap tidaklah abadi dan bukannya tidak diciptakan, karena dia diyakini mendapatkan eksistensinya dari wujud dari sang Bapa. Timbullah pertanyaan yang mengguncang pemuka agama pada saat itu tentang bagaimana memformulasikan status ketuhanan Yesus dihadapan Bapa. Konsep yang telah diterima gereja di abad-abad awal Kekristenan adalah pemikiran spekulatif dalam memahami hubngan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Pada saat itu, belum ada konsep definitif tentang konsep Tritunggal yang dianut secara aklamasi oleh tidak gereja-gereja yang tersebar di Tiur dan Barat kekaisaran Romawi. Dari pergumulan konsep inilah, muncul apa yang disebut Kontroversi Arian selama abad ke-4. Tokoh yang berlawan adalah Arius dan Athanasius. Arius berpendapat bahwa Ketuahan Bapa dan Ketuhanan Anak tidak selalu ada bersama di awal dan berbeda dalam esensi. Dalam konteks ini artikel penelitian ini mencoba untuk meninjau evolusi konsep Tritunggal Kudus dan Kontroversi Arian, memahami perbedaan utama antara argumen Arius dan Athanasius dan bagaimna Athanasius keluar sebagai pemenang dan menjadi landasan keimanan kekristenan.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Andi Darmawan Putra

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.














